Melarikan Diri Dari Aksi 212
November-Desember 2016
adalah bulan yang penuh dengan ketegangan di Indonesia. Aksi demo dan
pertentangan akibat sebuah pidato oleh tokoh politik yang diduga menistakan
agama di Kepulauan Seribu menjadi topik perbincangan dimana-mana.
Pro-kontra topik
tersebut menyebar ke seluruh kalangan hingga menjadi headline berita yang terus ditayangkan. Bosan dengan topik yang
“itu-itu saja” saya berniat mencari destinasi wisata untuk melupakan kebisingan
kota sejenak. Hal ini sekaligus ajang menyenangkan diri, karena saya baru saja
menyelesaikan ujian tengah semester yang cukup menyita pikiran.
Pada tanggal 2 Desember
2016 bertepatan dengan aksi demo di Monas, Jakarta, bersiaplah saya untuk
berpergian menyenangkan diri. Kebetulan teman sewaktu SMA juga mengajak untuk
berpelancong ke tempat wisata. Teman saya, Kadek merekomendasikan untuk pergi
ke obyek wisata air terjun bernama Curug Ciherang di Jonggol, Kabupaten Bogor. Wuaah, saya sangat antusias. Tentunya
ketertarikan ini dipengaruhi oleh foto jembatan di Curug Ciherang yang lumayan
sering muncul pada halaman explore
aplikasi instagram.
Sayangnya hari itu cuaca
kurang bersahabat, hujan turun tak menentu, sebentar hujan, sebentar reda. Hal
ini menyebabkan kami jadi berpikir ulang, apakah aman jika kami tetap
melanjutkan tujuan ke wisata air terjun tersebut. Timbul kecemasan dalam diri
saya, karena saat hujan tiba kondisi air sangat sulit diprediksi, apalagi dalam
lingkungan air terjun. Terlebih lagi saat hujan kabut muncul lebih tebal
menutupi pandangan.
Sempat terpikir untuk berubah haluan, mencari destinasi yang lebih mudah dan aman. Namun akhirnya
langit terlihat tersenyum kembali, matahari bersinar dengan perlahan.
Kami tetap pada keputusan berwisata di obyek wisata air terjun Curug Ciherang, maka berangkatlah kami menggunakan kendaraan roda empat melalui jalur Jonggol, Sentul.
Kawasan wisata air terjun Curug Ciherang bisa ditempuh melalui jalur Puncak dan jalur Jonggol. Namun karena kami berangkat dari Kota Bogor dan jarak yang ditempuh melalui jalur Jonggol lebih dekat, akhirnya kami memilih jalur ini.
Perjalanan terasa seru diwarnai gurauan dan candaan bersama teman. Semua berjalan lancar sampai kami melewati pertigaan sirkuit Sentul. Tiba-tiba terdengar suara Jdug!
Betapa mengejutkannya kami, mobil yang kami gunakan berbenturan dengan lubang jalanan yang kurang lebih berkedalaman 15 cm.
Perjalanan terasa seru diwarnai gurauan dan candaan bersama teman. Semua berjalan lancar sampai kami melewati pertigaan sirkuit Sentul. Tiba-tiba terdengar suara Jdug!
Betapa mengejutkannya kami, mobil yang kami gunakan berbenturan dengan lubang jalanan yang kurang lebih berkedalaman 15 cm.
Ternyata inilah awal
perjalanan kami melewati jalan panjang dan berlubang di wilayah Citeureup.
Melewati jalan yang berbatu dan tak beraturan membuat saya membayangkan diri
sedang duduk dalam perahu ditengah ombak yang menggoyang. Maju-mundur, geser
kanan-kiri seperti sedang diayun. Bahkan saya rasa, orang lain yang tertidur di kendaraannya pun tak akan bisa menikmati
tidurnya dengan baik atau malah terbangun.
Sumber: tribunnewsbogor.com/Damanhuri |
Sumber: tribunnewsbogor.com/Damanhuri |
Jalan Pahlawan Citeureup
sering dilewati oleh kendaraan proyek dari pabrik yang berada di daerah Jonggol. Tak heran jika jalan raya Citeureup rusak parah, hal ini bisa
disebabkan jalan yang dilalui tak kuat menampung beban muatan yang ada.
Beruntungnya ada upaya dari pemerintah untuk membeton jalan ini, beberapa
bagian sudah dibeton. Namun karena kondisi jalan yang panjang dan lebar proyek
betonisasi ini belum sepenuhnya mengurai masalah. Tetap saja pengemudi harus
awas dengan kondisi jalan.
Setelah cukup lama
melewati jalan Citeureup, kami mulai memasuki Kecamatan Sukamakmur. Perjalanan
kembali menyenangkan karena jalanannya cukup bagus untuk dilintasi. Semakin
tinggi dan berkelok jalan yang ditempuh semakin kami mendapatkan pemandangan yang alami.
Ala-ala pedesaan |
Kebun Jagung Warga |
Selain dikelilingi oleh
perkebunan warga, saya juga menemukan beberapa tempat pemotongan kayu. Sebenarnya
saya kurang paham dari mana asal kayu-kayu ini, entah dari pepohonan bukit dekat
sini atau dari tempat lain. Tapi kalau dari tempat yang lebih rendah, untuk apa juga ya dibawa ke lokasi
yang lebih tinggi hanya untuk di potong-potong? Semoga saja legal ya ahahaha.
Tempat Pemotongan Kayu |
Semakin dekat dengan lokasi wisata air terjun Curug Ciherang, anda akan menemukan pertigaan dan petunjuk jalan seperti ini.
sumber: pengetikrasa.wordpress.com |
Bagi anda yang baru ada rencana
ke obyek wisata Desa Sukawangi, Kecamatan Sukamakmur ada baiknya anda mempersiapkan diri diperjalanan
sambil menyalakan peta online. Hal ini untuk menghindari kemungkinan jalanan terlewat
atau salah belokan. Banyaknya obyek wisata di daerah ini kadang membuat bingung
pengunjungnya.
15 menit setelah pertigaan, akhirnya kami sampai juga di lokasi Curug Ciherang. Untuk masuk ke lokasi ini biaya yang dikeluarkan yakni
15.000 untuk tiket masuk per-orang. 25.000 untuk biaya parkir mobil, 5.000 untuk parkir motor, 3.000 untuk biaya wisata ke rumah pohon dan 2.000
rupiah untuk biaya retribusi kebersihan.
Setelah parkir, kami
memutuskan untuk mengunjungi jembatan Curug Ciherang terlebih dahulu. Untuk mencapai
lokasi ini kami harus menanjak melewati tangga-tangga yang lumayan cukup
banyak.
Dari kejauhan Curug Ciherang
sudah terlihat tinggi menjulang. Saya dan teman-teman sempat mengabadikan momen
ini.
Sudah selesai foto, ternyata masih ada tangga lagi. Kemudian kami terus menanjak melewati anak tangga itu.
tangga ajaib |
Kalau di foto mungkin tangganya terlihat pendek ya, tapi kalau mengambil angle dari atas ke bawah sebenarnya tangganya lumayan berkelok dan panjang. Maka dari itu, ada baiknya untuk ke lokasi ini anda bisa menggunakan sendal gunung, atau sepatu agar kaki lebih aman dan nyaman.
Sesudah bersusah payah menaiki tangga, ternyata usaha kami terbayarkan dengan pemandangan yang lumayan bagus.
Di sebelah lokasi
tersebut terdapat jembatan dan Rumah Pohon Curug Ciherang yang ramai diperbincangkan orang-orang di aplikasi instagram. Agar foto yang dihasilkan bagus dan tidak terdapat photobomb oleh orang lain yang juga sedang berfoto, saya harus mengantri bergantian foto dengan pengunjung lain. Di posisi ini saya harus bersabar menunggu dan sudah merencanakan gaya berfoto. Karena jika tidak, pengunjung lain bisa jengkel menunggu seseorang terlalu lama bergaya. Untungnya saya sempat berfoto untuk mengabadikan momen tersebut.
Buat upload di instagram sebenernya :p |
Teman saya yang lebih
dahulu sampai diatas rumah pohon juga mengabadikan kesempatan ini.
foto diambil dari rumah pohon |
Nah bisa kelihatan kan tangga panjang yang saya bicarakan sebelumnya? haha.
Cilik baa |
Foto mulu |
Setelah puas
mengabadikan momen, waktunya untuk menyegarkan diri ke wisata air terjun Curug Ciherang. Untuk menuju lokasi tersebut kami harus menuruni tangga melewati jalan yang berbeda dari sebelumnya.
Curug Ciherang merupakan obyek wisata air terjun yang memiliki tiga undakan luncuran air dengan ketinggian seluruhnya sekitar 30 m. Di bawah Curug Ciherang ini terdapat Curug Ciguntur. Jarak setiap undakan cukup panjang, jadi pengunjung bisa memilih undakan air terjun yang akan di datangi.
Pertama melangkahkan kaki ke wilayah air terjun, saya sudah merasakan kesegaran percikan air terjun ini,
Saya sempat mendokumentasikan undakan yang pertama dari 3 undakan Curug Ciherang ini.
Curug Ciherang Undakan Pertama |
Sayangnya saya tidak memfoto keseluruhan bentuk air terjunnya, tapi kalau kamu penasaran
dengan keseluruhan bentuk air terjunnya, saya sempat googling nih. Kurang lebih
bentuknya seperti ini.
sumber: merdeka.com |
Tak mau menyianyiakan
kesempatan untuk berenang dan menyegarkan diri, saya membasahi diri dengan
bermain air di undakan kedua.
Cheers! |
segerrr |
Asli seger banget
airnya!!! Seketika segala beban pikiran hilang sesaat. Jika anda dapat ketempat
ini, saya sarankan jangan sia-siakan kesempatan untuk bermain air, karena
lokasinya amat seru dan menyenangkan.
Sebenarnya kalau untuk berenang dan main air, undakan pertama lebih menantang
sebab kedalamannya lebih tinggi. Namun saat itu, saya hanya berenang di undakan
kedua karena arus air di undakan pertama cukup deras.
Foto lagi deh |
Setelah puas bermain
air, saya berganti pakaian di kamar bilas yang disediakan pengelola Curug
Ciherang. Sayangnya keindahan air terjun Ciherang tidak didukung fasilitas yang
memadai. Kamar bilasnya berukuran kecil, dan tidak memiliki lampu. Jadi saat
saya berganti pakaian, saya harus meraba pakaian berdasarkan intuisi.
Sesudah saya dan teman selesai membersihkan diri, kami pulang ke Bogor dengan hati yang senang. Bagi saya, secara keseluruhan liburan singkat kali ini cukup berkesan, karena saya berwisata ditempat yang asik ditemani dengan teman yang asyik. Hal ini pastinya menambah makna dari setiap perjalanan.
Drama kebingungan di awal perjalanan akhirnya terselesaikan dengan baik. Tentunya dalam setiap perjalanan ada baiknya kita selalu mempertimbangkan baik dan buruknya sebuah rencana. Jangan sampai sebuah rencana tamasya malah membawa kita ke dalam mara bahaya.
sebuah rencana.
Komentar
Posting Komentar