Kebangkitan Musik Indie Indonesia

Sumber: jurnalberita.com


Perkembangan musik di Indonesia yang tumbuh subur menjadikan musik bukan hanya sebagai hiburan saja namun sebagai sebuah komoditas untuk meraup keuntungan. Banyaknya penikmat musik di Indonesia menjadi ladang yang subur untuk menginvestasikan karya bermusik bagi para kreatornya. Penyanyi, grup, trio, dan band bermunculan mewarnai belantika musik Indonesia. Mereka berkembang menjadi idola, membentuk grup fans melalui produk media seperti televisi, radio, majalah, internet, dll.

Namun ternyata di balik keberhasilan band/penyanyi ini, terdapat perusahaan label yang berperan untuk mengatur sang musisi memenuhi keinginan pasar. Label berperan mengatur jadwal on air-off air sang musisi serta memasarkan produk-produk musisi seperti kaset, CD, RBT, juga merchandise. Untuk membendung keinginan pasar karya dibuat sedekat mungkin dengan fenomena yang berkembang di masyarakat. Hingga tak jarang kebebasan berkarya dan ideologi musisi terkikis dengan kepentingan yang ada yakni meraup keuntungan.

Mereka yang lelah dengan pola ini, mencoba mendobrak kebiasaan lama dengan cara bermusik melalui jalur indie, yang merujuk kata independent.  Indie bukanlah sebuah genre musik, melainkan sebuah gerakan musik yang bebas dan mandiri, tak bergantung dengan sebuah label musik atau sebagainya.

Indie menekankan prinsip DIY (Do It Yourself) sebagai cara untuk berkembang di tengah masyarakat. Band/musisi sendiri yang mengatur seluruh kegiatan dan promosi mengenai musiknya. Band indie bebas menciptakan lagu sesuai dengan gaya yang mereka nikmati dan sukai. Hingga tak jarang jika lagu-lagu yang diciptakan kebanyakan sangat anti-mainstream dari lagu-lagu di pasaran.

        Musik indie mulai populer di dunia pada era 1980-1990 dengan digawangi band metalic seperti Nirvana dan Radiohead. Kedua band ini menyebarkan virus indie ke berbagai belahan dunia dengan musik-musik mereka yang unik namun enak didengarkan.

            Di Indonesia sendiri, musik indie dipelopori oleh PAS Band yang menjual lebih dari 5000 kopi album “Four Through The SAP” secara independen pada era 90-an. Kesuksesan PAS Band di jalur indie kemudian di ikuti band-band lainnya, seperti band Pure Saturday  yang membuat album rekamannya sendiri pada tahun 1995, lalu diikuti oleh band Mocca yang berhasil menjual album mereka hingga menembus angka di atas 100.000 kopi. Setelah itu deretan nama band indie seperti Puppen, Shaggy Dog, Superman Is Dead, Rocket Rockers, Superglad, dll, mulai mencuri perhatian.

            Namun tidak selamanya perjalanan perkembangan musik indie di Indonesia berjalan lancar. Selera pasar musik di tahun 2000an yang beragam cukup menjadi tantangan tersendiri bagi para musisi indie untuk berkreasi lebih keras lagi. Kala itu, musik pop melayu disusul musik pop yang dipelopori boyband dan girlband merajai pasar musik di Indonesia.

          Tapi tantangan tersebut justru membuat band indie semakin membuktikan kualitasnya yang semakin baik. Musik indie mampu bersaing dengan karya dari band lain yang telah memiliki label. Hal ini dibuktikan dengan delapan album rilisan band dari label indie seperti The S.I.G.I.T, The Upstairs, The Brandals, The Milo, Bangku Taman, Efek Rumah Kaca, Teenage Dead Star, Seek Six Sick, The Adams, White Shoes And The Couple Company dan Goodnight Electric masuk dalam jajaran 20 album terbaik versi Rolling Stone tahun 2008.

Kini, dengan di bantu internet, sosial media, dan komunitas-komunitas fanbase musisi indie semakin mudah untuk menjaring massa. Dari layanan itulah karya mereka banyak didengar oleh penikmat musik dan tak jarang menimbulkan efek viral ketika karyanya dianggap bagus.

Band indie menempuh cara-cara baru yang unik untuk mendistribusikan produknya kepada penggemar. Contohnya saja band Efek Rumah Kaca yang menggratiskan penggemarnya untuk mengunduh album Sintesa di websitenya. Terdapat juga band indie yang membagikan CD secara gratis pada majalah Rolling Stone Indonesia.

            Idealisme dan kejujuran band indie dalam berkarya seolah menjadi daya tarik sendiri bagi anak muda yang sudah bosan akan jenis musik yang itu-itu saja. Selain itu, pemikiran-pemikiran out of the box juga kritis dalam menghadirkan lirik yang berkualitas, menandakan musik indie sebagai produk cerdas kreatornya.

    Komitmen musisi indie lebih memfokuskan kualitas musik mereka dan menomorduakan pasar juga membuahkan prestasi yang luar biasa. Banyak band indie diganjar beragam penghargaan dari dunia musik, bukan cuma nasional tapi juga internasional. Di Indonesia sendiri, tercatat sudah banyak band-band indie yang menginjakkan kaki mereka di panggung luar negeri, seperti Mocca, Burgerkill, atau The S.I.G.I.T.

     Jika diresapi, musik indie bukan hanya menyajikan musik gampangan namun menghadirkan karya yang sarat makna. Jadi lihatlah substansinya, karena musik indie bukanlah musik yang hanya menonjolkan keindahan kemasan musisinya. Pesona bukan pendongkrak untuk menarik perhatian, melainkan isi, karena itu idealisme indie.

Bagaimanapun dengan berkembangnya musik indie, penggemarnya dapat belajar apa itu kejujuran, orisinalitas, kebebasan dalam berkarya dan menjadi diri sendiri itu penting. Musik indie seolah mengajarkan kepercayaan, bahwa selalu ada jalan untuk berkembang melalui jalan yang kita sukai karena pasar bisa diciptakan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Meludah Sembarangan Itu Menjijikan!

Pebisnis Muda Mutiara Kamila, "From Minus to Surplus"