Sadarlah
Aku hanya sedang risau. Takut tak memenuhi ekspektasi dan harapan.
Keterbatasan kemampuan dan harapan yang terlampau tinggi datang bersamaan.
Wajah-wajah pengharap itu terus muncul bergantian.
Juga wajah penilai dan perkataannya.
Aku tak berkutik, hanya bisa termangu melihat semuanya bergerak.
Tak percaya diri ini datang membuat diri tak berdaya.
Atau aku hanya terlalu pesimis,
terkunci dalam ketidakmampuanku.
Kemarin dan sekarang sama saja bila takut ini selalu merantai.
Tapi sisi hatiku bicara untuk mencoba, entah bagaimana caranya.
Tapi sesuatu berbisik
"Kalau kau tak menyemangati dirimu lantas siapa lagi yang akan menyemangati?
Mereka tak pernah tahu apa yang kau hadapi jika tak kau jelaskan"
Dia semakin mencerocosi aku, dengan meluap-luap ia bicara.
"Jadi berharap pada siapa lagi sebaiknya? Hanya dirimu yang bisa menjawab.
Kau tahu kan, sudah bukan waktunya menyalahkan hari kemarin?
untuk menyalahkan diri atas waktu yang telah disia-siakan, untuk pembelajaran yang kau sepelekan?
Tak akan ada gunanya saat ini.
Begitulah penyesalan.
Sekarang pilihlah sendiri, terdiam menunggu waktu membunuhmu atau kerjakan sebisamu?
Bagaimanapun pada akhirnya semua akan melihatnya bukan?
Melihat kamu!
Cepat atau lambat kamu harus buktikan.
Buktikan kawan, KAMU BISA!
Persetan dengan kehebatan kehebatan orang lain itu, lihatlah dirimu!
Bangkitlah kamu!
Ayo bangun kawan!
Bukankah kau yang pernah bilang bahwa tiada kata terlambat untuk belajar?
Apa kau tak ingat pernah mengucapkannya?
Sadarlah! Pekerjaanmu takkan selesai hanya dengan menunggu kata semangat dari orang lain.
Sadarlah! Pekerjaanmu takkan usai jika kau masih saja mengetik tulisan ini dan belum juga memulai.
Pergilah kau takut dan sadarlah, sesungguhnya kamu mampu wahai kawan.
Kamu hanya harus sabar, dan mengerti tidak ada yang instan.
Sadarlah kawan, bergeraklah!
Jangan mau kau dibodohi takut dan rasa malas.
Buktikanlah kau bisa!"
lalu hati ini menjadi panas, ada bara api yang perlahan muncul.
ialah Semangat.
Keterbatasan kemampuan dan harapan yang terlampau tinggi datang bersamaan.
Wajah-wajah pengharap itu terus muncul bergantian.
Juga wajah penilai dan perkataannya.
Aku tak berkutik, hanya bisa termangu melihat semuanya bergerak.
Tak percaya diri ini datang membuat diri tak berdaya.
Atau aku hanya terlalu pesimis,
terkunci dalam ketidakmampuanku.
Kemarin dan sekarang sama saja bila takut ini selalu merantai.
Tapi sisi hatiku bicara untuk mencoba, entah bagaimana caranya.
Tapi sesuatu berbisik
"Kalau kau tak menyemangati dirimu lantas siapa lagi yang akan menyemangati?
Mereka tak pernah tahu apa yang kau hadapi jika tak kau jelaskan"
Dia semakin mencerocosi aku, dengan meluap-luap ia bicara.
"Jadi berharap pada siapa lagi sebaiknya? Hanya dirimu yang bisa menjawab.
Kau tahu kan, sudah bukan waktunya menyalahkan hari kemarin?
untuk menyalahkan diri atas waktu yang telah disia-siakan, untuk pembelajaran yang kau sepelekan?
Tak akan ada gunanya saat ini.
Begitulah penyesalan.
Sekarang pilihlah sendiri, terdiam menunggu waktu membunuhmu atau kerjakan sebisamu?
Bagaimanapun pada akhirnya semua akan melihatnya bukan?
Melihat kamu!
Cepat atau lambat kamu harus buktikan.
Buktikan kawan, KAMU BISA!
Persetan dengan kehebatan kehebatan orang lain itu, lihatlah dirimu!
Bangkitlah kamu!
Ayo bangun kawan!
Bukankah kau yang pernah bilang bahwa tiada kata terlambat untuk belajar?
Apa kau tak ingat pernah mengucapkannya?
Sadarlah! Pekerjaanmu takkan selesai hanya dengan menunggu kata semangat dari orang lain.
Sadarlah! Pekerjaanmu takkan usai jika kau masih saja mengetik tulisan ini dan belum juga memulai.
Pergilah kau takut dan sadarlah, sesungguhnya kamu mampu wahai kawan.
Kamu hanya harus sabar, dan mengerti tidak ada yang instan.
Sadarlah kawan, bergeraklah!
Jangan mau kau dibodohi takut dan rasa malas.
Buktikanlah kau bisa!"
lalu hati ini menjadi panas, ada bara api yang perlahan muncul.
ialah Semangat.
Komentar
Posting Komentar