Ketika berjalan kaki di trotoar kota, kita akan menemukan berbagai pemandangan manusia melakukan aktivitasnya. Mulai dari pedagang kaki lima yang melayani pembeli, kemudian lalu lalang orang menyebrang di jalur penyebrangan jalan, dan juga orang yang menunggu angkutan umum di halte. Bermacam-macam ekspresi bersatu menjadi seni kehidupan yang menarik untuk diamati. Namun ditengah perjalanan itu ada sesuatu yang menyita perhatian saya, beberapa kali saya temukan bekas ludah yang tercecer oleh pejalan kaki lainnya. Bahkan saya sempat memergoki seorang bapak-bapak membuang air liurnya dengan santai di trotoar. Kejadian ini bukan kali pertama, sebagai seorang komuter yang beraktifitas di kota besar. Saya juga sering menemukan bekas liur bahkan dahak di peron-peron stasiun kereta dan juga terminal. Saat itu saya mulai menyadari betapa mudahnya orang berperilaku seenaknya di tempat umum. Entah ini masalah etika ataupun kurangnya kesadaran kebersihan. Namun perilaku terseb...
Sumber: Istimewa Fenomena online shop yang semakin berkembang menjadi peluang usaha yang menggiurkan bagi sebagian pengusaha. Melalui tangan kreatifnya, dara manis berusia 19 tahun ini menggunakan kesempatan emas tersebut untuk membesarkan sebuah merek pakaian miliknya bernama “Blank A Wear”. Dialah Mutiara Kamila Atthiyya, pengusaha muda berbakat kelahiran Jakarta, 23 Desember 1997. Mutiara berhasil mengembangkan bisnisnya menjadi online shop yang digemari anak muda. S aat ini akun instagram @blankawear ramai dan diikuti 90 ribu followers instagram. Mutiara juga menghasilkan omset hingga 300 juta perbulannya dari bisnis penjualan produk Blank A Wear . Kini Ia telah mempekerjakan 12 orang pegawai beserta 1 kelompok penjahit binaan untuk mengembangkan bisnisnya. Gadis berdarah Bugis-Jawa ini, mengawali bisnis penjualan pakaian wanita tersebut saat menduduki bangku kelas 2 SMA pada tahun 2012 lalu. Ia merintis bisnisnya dengan bermodalkan uang pinjaman...
Sumber: jurnalberita.com Perkembangan musik di Indonesia yang tumbuh subur menjadikan musik bukan hanya sebagai hiburan saja namun sebagai sebuah komoditas untuk meraup keuntungan. Banyaknya penikmat musik di Indonesia menjadi ladang yang subur untuk menginvestasikan karya bermusik bagi para kreatornya. Penyanyi, grup, trio, dan band bermunculan mewarnai belantika musik Indonesia. Mereka berkembang menjadi idola, membentuk grup fans melalui produk media seperti televisi, radio, majalah, internet, dll. Namun ternyata di balik keberhasilan band/penyanyi ini, terdapat perusahaan label yang berperan untuk mengatur sang musisi memenuhi keinginan pasar. Label berperan mengatur jadwal on air-off air sang musisi serta memasarkan produk-produk musisi seperti kaset, CD, RBT , juga merchandise . Untuk membendung keinginan pasar karya dibuat sedekat mungkin dengan fenomena yang berkembang di masyarakat. Hingga tak jarang kebebasan berkarya dan ideologi musisi terkikis dengan kepen...
Komentar
Posting Komentar